Teknik Kimia UGM - TIT Kerjasama Kembangkan Katalis Padat Biodiesel
10 February 2011
Saat ini terlihat pemerintah dengan serius memperhatikan pentingnya pengembangan BBM dari bahan terbarukan sebagai upaya mengurangi ketergantungan minyak bumi. Hal ini terbukti dengan telah adanya SPBU yang menyediakan biosolar yang merupakan campuran solar dengan biodiesel. Mengingat ketersediaan pasokannya yang terjamin, CPO masih menjadi andalan sebagai bahan baku utama. Hanya saja prabik biodiesel yang ada saat ini kebanyakan masih menggunakan cairan basa, seperti NaOH atau KOH, sebagai katalisatornya. Padahal setelah proses berakhir sisa katalisator yang korosif ini akan dibuang, sehingga akan menghasilkan limbah basa yang cukup banyak. Demikian disampaikan Prof. Arief Budiman, D.Eng, staf pengajar Jurusan Teknik Kimia UGM yang juga koordinator Process System Engineering (PSE) riset group belum lama ini.
Terkait dengan hal ini, Jurusan Teknik Kimia UGM mengandeng Tokyo Institute of Technolgy (TIT), Japan untuk bersama-sama mengembangkan katalisator padat berbasis limbah biomassa untuk memproduksi biodiesel. Menurut Arief, untuk mengganti katalisator cair dengan katalisator padat untuk produksi biodiesel mempunyai banyak kelebihan, terutama terkait dengan isu lingkungan. Juga, pada skala industri akan mengurangi beaya produksi mengingat katalisator padat dapat diregenerasi secara berulang-ulang, terangnya.
Sementara itu, menurut peneliti lain dalam tim ini, Prof. Rochmadi, Ph.D, sebagai bahan katalisator digunakan limbah biomassa yang berasal dari tempurung kelapa, kayu sono keling dan kayu bengkirei yang tersedia melimpah di Indonesia. Penggunaan limbah biomassa ini, imbuh Rochmadi, tentu saja akan mengurangi beaya pembuangannya sekaligus menjadi bahan katalisator yang harganya relatif murah. Keuntungan lain pemakaian katalisator padat adalah dapat digunakan pada proses produksi biodiesel skala besar yang beroperasi secara kontinyu yang teknologinya saat ini sedang dikembangkan oleh PSE riset group, tambahnya.
Sehubungan dengan kerjasama ini, Prof. Arief Budiman, D.Eng, berada di TIT untuk melakukan diskusi dan aktifitas ilmiah lain dengan mitranya, Prof. Hirofumi Hinode. Dikatakan oleh Hinode belum lama ini (2/11) bahwa: “This research area will be very important for Japan and Indonesia, because development of solid catalyst can help significantly to solve global environmental problem and to improve efficiency of biodiesel plants”. Ditambahkan oleh Hinode, selaku koordinator Catalyst and Process System riset group, TIT, bahwa saat ini timnya yang terdiri dari mahaiswa S3 dan S2 yang dikoordinir oleh asisten professor juga telah mengembangkan katalisator padat dari limbah biomassa yang berasal dari abu terbang yang berasal dari pabrik gula.
Senada dengan Hinode, Chandra Wayu Purnomo, anggota peneliti dari TIT yang juga mahasiswa S3, bahwa diharapkan dari kerjasama TIT dan UGM yang mempelajari berbagai limbah biomassa ini, akan diperoleh satu bahan dari limbah yang paling efektif untuk pembuatan katalisator padat. Bahkan, imbuh Chandra, rencananya TIT dan UGM akan memproduksi katalisator ini secara massal, agar supaya dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh pabrik biodiesel yang ada di Indonesia maupun di Jepang.
Pada kesempatan lain, Prof. Hirofumi Hinode, yang juga menjabat sebagai Head of Department of International Development Engineering, TIT, berharap ditahun mendatang UGM tidak hanya kerjasama dengan TIT dalam bidang penelitian saja, akan tetapi juga pertukaran mahasiswa dan dosen dari kedua universitas ini. “Kerjasama penelitian ini semoga merupakan langkah awal dari kerjasama yang berkesinambungan antara UGM dan TIT”, pungkasnya.