Links

Web Stats

    Page Views   Page View

    Visitors   51087 Hit Pengunjung

    Visitor Online   10 Pengunjung Online

UGM dan TiTECH sepakat kembangkan biodiesel dari algae

16 Desember 2012

Untuk mempercepat penelitian biodiesel generasi ketiga berbahan baku mikroalgae, UGM meningkatkan kerjasama penelitian dengan Tokyo institute of Technology (TiTECH), Jepang. Peningkatan kerjasama dilakukan Prof. Arief Budiman dari Jurusan Teknik Kimia (JTK), FT UGM ini berupa program visiting professor ke Department of Environmental Science and Technology. Pada acara focus group discussion (FGD) yang dipandu oleh Prof. Kunio Yoshikawa belum lama ini (10/12/2012), diikuti oleh peneliti dari group riset “Waste to energy” TiTECH dan juga mahasiswa S3 JTK UGM (Zahrul Mufrodi) yang saat ini sedang mengikuti program pertukaran mahasiswa.

Diawal diskusi Arief menyampaikan bahwa di Indonesia biodiesel sudah dipasarkan dalam bentuk biosolar yang merupakan campuran solar sebanyak 90 % dan sisanya berupa biodiesel. Walaupun sudah dipasarkan di beberapa SPBU yang ada di kota besar di Indonesia, namun para aktifis lingkungan banyak yang menggunggat keberadaan biodiesel yang sampai saat ini bahan bakunya dipenuhi dari minyak pangan seperti CPO (minyak sawit mentah). Bahkan studi yang dilakukan oleh lembaga donor keuangan dunia mengatakan bahwa peningkatan permintaan bahan dasar biodiesel memberikan pengaruh sebesar 15-30% terhadap kenaikan bahan pangan dunia. Oleh karena itu, biodiesel generasi pertama ini sudah sepatutnya ditinggalka, beber Arief.

Beberapa peneliti mulai melirik minyak non pangan seperti jarak pagar, kemiri sunan, nyamplung dll sebagai bahan baku biodiesel. Produksi skala besarpun sudah dilakukan beberapa perusahaan yang bergerak dibidang energi. Namun, ternyata tanaman non pangan yang dipakai sebagai biodiesel generasi kedua ini juga meninggalkan banyak masalah, imbuh Arief. Jika dilakukan penanaman secara besar-besaran ternyata tanaman ini akan mengakibatkan terjadinya penurunan kesuburan tanah akibat berkurangnya unsur hara. Oleh karena itu, tandas Arief diperlukan upaya mencari tanaman alternatif sebagai bahan baku biodiesel. Salah satu sumber bahan baku biodiesel yang potensial dikembangkan adalah miikroalgae.

Ditambahkan oleh Arief yang juga Direktur Frontier Research Center for Smart Energy and Eco-efficiency (ForSEE) FT UGM bahwa pertumbuhan mikroalga lebih cepat dari beberapa tumbuhan lain yang dapat menghasilkan minyak, seperti jagung, kedelai, kelapa sawit, dan bunga matahari. Selain itu mikroalga tidak membutuhkan banyak lahan dan air untuk pertumbuhan. Lebih jauh lagi, mikroalga tidak menghasilkan limbah yang berdampak buruk bagi lingkungan sehingga tidak mempengaruhi kualitas air yang telah digunakan sebagai pertumbuhan.

Pada acara FGD tersebut, Prof, Kunio Yashikawa yang selama ini menjadi mitra kerjasama peneliti biodiesel dari JTK UGM menambahkan bahwa ada tiga tahapan dalam pengembangan biodiesel dari mikkroalgae. Tahapan awal adalah kultivasi mikroalgae yang bisa dilakukan dalam photobioreactor, yang dilanjutkan dengan ekstraksi mikroalgae menjadi minyak algae. Selanjutnya dari minyak algae diubah menjadi biodiesel dengan proses esterifikasi dan trans-esterifikasi. Ditambahkan oleh Yoshikawa yang juga peneliti di Department of Environmental Science and Technology TiTECH bahwa hal yang paling krusial dalam pengembangan biodiesel algae adalah ekstraksi mikroalgae menjadi minyak algae. Oleh karena itu kerjasama antara UGM dan TiTECH diharapkan akan memacu percepatan tahapan komersial biodiesel dari algae ini.

Sebagai realisasi kerjasama antara UGM dan TiTECH pada tahun ini ada tiga mahasiswa JTK UGM mengikuti program pertukaran mahasiswa di TiTECH selama tiga bulan. Demikian pula ada dua mahasiswa TiTECh yang ke JTK UGM untuk program yang sama. Disampaikan oleh Yoshikawa bahwa ditahun mendatang program pertukaran mahasiswa akan terus ditingkatkan tidak hanya selama tiga bulan tetapi menjadi mahasiswa S2-S3 di TiTECH.

Diakhir acara FGD, disepakati bahwa UGM dan TIT akan segera memulai mengembangkan ekstraksi minyak algae dengan teknologi hydrothermal. Dari tinjauan energi yang diperlukan, teknologi ini ternyata hanya memerlukan energi yang sangat minim. Sehingga layak dikembangkan sampai pada tahap komersial.