Links

Web Stats

    Page Views   Page View

    Visitors   49854 Hit Pengunjung

    Visitor Online   1 Pengunjung Online

PSE Riset Group Menuju Biodiesel Generasi Kedua (G2)

31 March 2011

Setelah hampir lima tahun berkonsentrasi pada pengembangan biodiesel generasi pertama (G1), PSE riset group akan segera melangkah untuk mengembangkan biodiesel generasi kedua (G2).  Beberapa inovasi telah dilakukan untuk biodiesel G1, seperti mengembangkan teknologi proses pembuatan biodiesel yang efisien dan beroperasi secara kontinyu. Unit operasi ini dapat mereaksikan minyak dan methanol menjadi biodiesel, sekaligus melakukan recoveri metanol dalam unit yang sama. PSE riset group juga berhasil mengembangkan biodiesel berbahan baku limbah pengolahan minyak sawit yang berupa PFAD (palm fatty acid distillate) yang nilai ekonominya jauh dibawah minyak sawit ataupun minyak nabati yang lain. Di bidang katalis, peneliti di riset group ini juga telah berhasil mengembangkan katalis padat berbasis limbah biomassa sebagai pengganti katalis cair yang tidak ramah lingkungan. Demikian disampaikan oleh Prof. Arief Budiman, koordinator PSE riset group UGM, kamis 31/11/2011.

Ditambahkan oleh Arief bahwa biodiesel G1 atau yang dikenal dengan metil ester asam lemak (fatty acid methyl esfer/FAME), adalah biodiesel yang diperoleh dari proses trans-esterifikasi minyak nabati (trigliserida) dengan metanol menggunakan katalis. Setiap konversi satu molekul trigliserida, akan menghasilkan tiga molekul FAME dan satu molekul produk samping berupa gliserol. Biodiesel Gl ini, walaupun sudah dipasarkan dalam bentuk biosolar di beberapa SPBU, namun masih memiliki beberapa masalah kompatibilitas terhadap mesin diesel, seperti korosi akibat kandungan atom oksigen yang tinggi dari FAME dan juga konsentrasi maksimum yang diizinkan sebagai campuran dengan minyak diesel turunan minyak bumi. Disamping itu, dalam kaitannya dengan emisi karbon dioksida (CO2) dari pembakaran FAME juga dikhawatirkan masih relatif tinggi akibat kandungan oksigen yang tinggi pada FAME. Untuk itu, PSE riset group akan segera berkonsentrasi mengembangkan biodiesel G2, imbuh Arief.

Dipaparkan oleh Dr. Sutijan, peneliti dari PSE riset group bahwa biodiesel G2 atau yang dikenal juga dengan green diesel merupakan hidrokarbon turunan dari minyak nabati yang mengalami proses hidrogenasi (hydroprocess). Dengan rute ini, aneka minyak nabati bisa diproses sekaligus menghasilkan propane, naphta dan green diesel. Hasil proses hidrogenasi ini jauh lebih efisien dibandingkan dengan proses trans-esterifikasi biodiesel G1 karena tidak menghasilkan hasil samping, kecuali air dan CO2. Disamping itu, green diesel atau biodiesel G2 ini mampu mencapai bilangan cetane 55 -90 jauh lebih tinggi dari capaian biodiesel G1 yang hanya 40-45, sehingga green diesel dapat langsung dipakai sebagai bahan bakar mesin diesel tanpa harus ditambahkan dengan solar bahkan tanpa harus melakukan modifikasi mesin.

Peneliti PSE riset group yang lain, Prof. Rochmadi menambahkan bahwa dalam pengembangan biodiesel G2 akan diintegrasikan dengan biodiesel G1 yang menghasilkan gliserol sebagai hasil sampingnya. Gliserol akan diubah menjadi hidrogen dengan proses oksidasi parsial dengan menggunakan katalis. Hidrogen yang dihasilkan inilah yang akan dipakai untuk kebutuhan reaktan pada pembuatan biodiesel G2 atau green diesel yang akan dikembangkan. Sehubungan dengan itu, saat ini PSE riset group juga sedang mengembangkan katalis berbasis lempung lokal untuk oksidasi parsial ini, imbuh Rochmadi.

Di akhir wawancara, Rochmadi mengakui bahwa memang masih ada kelemahan dari biodiesel G2 ini, yaitu sifatnya yang mudah membeku pada suhu dibawah 20 derajad Celsius. Hanya saja bagi negara tropis, hal ini tidaklah menjadi masalah karena suhu udara di Indonesia tidak pernah mencapai 20 derajad Celsius, pungkasnya.