Links

Web Stats

    Page Views   Page View

    Visitors   46083 Hit Pengunjung

    Visitor Online   1 Pengunjung Online

Sudah Saatnya Pemerintah Dorong Sektor Industri Menuju Green Industry

14 April 2011

            Gejala pemanasan global seperti terjadinya iklim yang tidak stabil, peningkatan permukaan air laut, gangguan ekologis dan peningkatan suhu global telah mulai kita rasakan. Bahkan sudah tidak menjadi rahasia umum lagi, betapa setiap tahun laju deforestasi atau penggundulan hutan selalu meningkat, sehingga total tutupan hutan sebagai penyangga kesinambungan ekosistem terganggu. Akibatnya, akan timbul perubahan iklim dan bencana alam, seperti banjir dan tanah longsor. Belum lagi, kenyataan bahwa buangan gas emisi kendaraan bermotor, rumah tangga dan pabrik mempunyai andil besar menjadikan bumi ini semakin panas. Demikian disampaikan Prof. Arief Budiman, M.S., D.Eng, Peneliti yang juga Koordinator Process System Engineering Research group UGM (11/4/2011).

            Menurutnya, penyebab utama terjadinya pemanasan global ini adalah peningkatan efek rumah kaca yang terjadi di bumi. Padahal, pada awalnya, efek rumah kaca sangat berguna bagi makhluk hidup di bumi, karena efek rumah kaca akan menyebabkan atmosfir bumi menjadi hangat, sehingga bumi nyaman untuk ditinggali oleh semua makhluk hidup. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, efek rumah kaca mengalami peningkatan yang tajam sehingga mengkibatkan terjadinya pemanasan global. “Akibat terburuk dari pemanasan global ini adalah terganggunya hutan dan ekosistem lain sehingga akan mengurangi kemampuannya menyerap karbon dioksida (CO2) di atmosfer. Kondisi ini diperparah dengan adanya penumpukan gas rumah kaca yang bergerak bebas di atmosfir akibat pembakaran energi fosil yang berlebihan”, kata Arief. Ada beberapa sumber gas rumah kaca di Indonesia yang terbesar adalah emisi dari lahan gambut, penggundulan hutan dan dari energi, imbuhnya.

            Dikatakannya, dalam pemakaian energi, hampir 50 % kebutuhan energi nasional diperuntukkan bagi sektor industri, diikuti sektor transportasi sekitar 30 % dan rumah tangga sekitar 12 % dan sisanya sektor lain. Melihat angka pemakaian tersebut, sudah sangat mendesak agar sektor industri diarahkan menuju ke “green industry” agar terjadi penurunan signifikan emisi gas CO2. Hampir semua industri menghasilkan emisi gas karbon dioksida yang dibuang dari steam generator, furnace, blast furnace pada industri besi dan baja, rotary kiln pada industri semen, dan lain sebagainya. Emisi gas CO2 inilah yang harus diolah menjadi bahan kimia atau gas lain yang seandainya dibuang ke atmosfer tidak mempunyai potensi menjadi gas rumah kaca, terang Arief. 

            Dipaparkan ada beberapa teknologi penangkapan CO2 seperti penyerapan dengan bahan kimia. CO2 yang bercampur dengan gas lain diserap dalam menara absorber.  Selanjutnya, gas CO2 yang terserap dilepaskan pada menara stripper dengan bantuan uap panas. Cara lain, menurut Arief adalah penjerapan gas CO2 dengan bahan tertentu seperti karbon aktif atau zeolit. Aliran gas CO2 dilewatkan menara berisi karbon aktif agar CO2 terperangkap dipermukaan bahan tersebut. Cara ini yang dikenal dengan pressure swing adsorbtion, kata Arief.

            Emisi gas CO2 juga dapat diambil dengan membran pemisah. Cara kerja alat ini berdasarakan perbedaan sifat interaksi antara gas CO2 dengan material membran. Salah satu membran yang sering dipakai adalah jenis hollow fiber, jelas Arief. Akan tetapi, jika gas CO2 yang dihasilkan dari industri cukup besar dapat dilakukan dengan mengubahnya menjadi CO2 padat atau dry ice dengan metoda cryogenic. Bahan ini dapat digunakan sebagai pengganti es batu atau dalam dunia panggung sering digunakan untuk membuat asap dan kabut yang mengalir sehingga dapat memberikan efek sensasi kepada penonton, tambah Arief.

            Beberapa industri, menurut Aref memang sudah berusaha mengubah emisi gas karbon dioksida menjadi gas yang mempunyai nilai jual atau dapat diolah menjadi bahan kimia lain. Namun mereka masih melakukannya secara sendiri-sendiri dan belum terintegrasi. Dari sisi inilah peran pemerintah dalam mengorganisir program menuju green indutry sangat diperlukan. Keberhasilan pemerintah dalam mendorong terciptanya green industry tentunya akan berdampak pada terpeliharanya bumi pertiwi dari kerusakan. “Bumi adalah titipan anak cucu kita, bukan warisan nenek moyang kita”, pungkas Arief.