Jurusan Teknik Kimia UGM Adakan Soft Launching Eco Mini Plant
4 January 2011
Sejak Universitas Gadjah Mada mencanangkan akan menuju universitas riset berkelas dunia (world class research university/WCRU) beberapa tahun yang lalu, Jurusan Teknik Kimia FT UGM terus berbenah merancang beberapa program pendukung. Demikian disampaikan Dr. Wiratni, pengurus JTK UGM bidang penelitian, alumni dan kerjasama, Jumat (15/10) pada acara soft-launching eco mini plant kapasitas 150 liter/hari yang digagas dan akan dibangun oleh Process System Engineering (PSE) research group JTK UGM.
“Salah satu branding program JTK UGM saat ini adalah eco efficiency. Walaupun mungkin masih asing didengar, akan tetapi secara umum diartikan sebagai usaha-usaha untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan mengurangi pemakaian sumberdaya melalui daur hidup (life cycle). Jika usaha melakukan efisiensi yang berdampak baik terhadap lingkungan, tentunya akan menaikkan produktifitas sumberdaya”, imbuhnya. Pada acara yang tidak hanya dihadiri oleh pengurus JTK UGM dan beberapa dosen, akan tetapi juga dihadiri oleh mahasiswa-mahasiswa S1, S2 dan S3 yang tergabung didalam PSE research group, Wiratni juga berharap: “Dalam waktu yang tidak terlalu lama eco-mini plant yang merupakan implementasi program eco efficiency JTK UGM ini bisa segera beroperasi. Sehingga tidak ada alasan dari dunia industri yang menganggap bahwa hasil penelitian dari perguruan tinggi belum bisa diaplikasikan karena masih bersifat penelitian dasar pada skala laboratorium”, tegasnya.
Di awal acara soft-launching eco mini plant: Green fuel, Prof. Ir. Arief Budiman, MS, D.Eng, koordinator PSE research group menyampaikan bahwa mini plant ini dibangun dengan konsep eco-friendly building karena bangunannya memanfaatkan penataan sirkulasi udara sehingga tidak diperlukan pengkondisi udara (AC). Selain itu, untuk keperluan lighting digunakan panel surya, sehingga bangunan ini merupakan bangunan ramah lingkungan.
“Dari sisi proses, green fuel ini bersifat eco-friendly technology process. Bahan baku yang digunakan dapat berupa minyak jarak, nyamplung, karet, randu dll yang merupakan minyak non pangan. Minyak tersebut akan diolah menjadi biodiesel yang mempunyai banyak kelebihan, seperti menghasilkan emisi yang lebih baik dibanding minyak diesel/minyak solar. Selain itu, biodiesel mempunyai cetane number yang lebih tinggi dari pada minyak solar, dan bisa mencapai 62 sementara itu minyak solar hanya sekitar 50. Sehingga pembakaran pada mesin lebih baik, tarikan lebih kencang, suara lebih halus, bau knalpot lebih wangi”, kata Arief Budiman.
Ditambahkan oleh Arief bahwa hasil samping yang berupa gliserol akan dibuat bioaditif yang berfungsi untuk menaikkan angka oktan pada premium. “Diharapkan, jika premium ditambah dengan bioaditif akan mempunyai sifat yang setara dengan pertamax, yang akan menyempurnakan proses kimia dan sistem pembakarannya didalam mesin. Sehingga akan menaikkan performa mesin motor atau mobil”, imbuhnya.