News
UGM Bikin Biosolar dari Jelantah
15 Desember 2014 - 22:37
YOGYAKARTA – Pusat Studi Energi (PSE) Universitas Gadjah Mada merintis produksi biodiesel dari jelantah, limbah minyak goreng. Produk yang dinamakan Biosolar B15 ini memanfaatkan limbah minyak goreng yang diambil dari para pedagang kali lima yang kemudian diolah menjadi produk biosolar. Mengubah minyak jelantah menjadi biodiesel ini diharapkan bisa meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar murah dan menurunkan tingkat emisi karbaon dari bahan bakar fosil.
Kepala PSE UGM, Dr. Deendarlianto, mengatakan minyak jelantah merupakan bahan baku biodiesel untuk campuran solar sehingga bisa menghasilkan biosolar. Dengan komposisi tambahan 15 % prosentase biodiesel maka produk ini kemudian dinamakan Biosolar B15. “Kita menambah campuran 15 persen untuk solar dari bahan minyak jelantah yang sudah kita olah jadi biodiesel,” kata Deendarlianto saat dihubungi wartawan Senin (15/12).
Alasan dipilihnya minyak jelantah sebagai bahan baku bioediesl, menurut Dendarlianto, melihat potensi Yogyakarta sebagai daerah kawasan wisat kuliner yang memiliki ribuan pedagang kali lima. Setiap harinya, para pedagang kali lima ini mampu mengasilkan 10-15 liter minyak jelantah. “Ada 3,6 ton minyak jelantah yang bisa dihasilkan setiap harinya,” katanya.
Meski demikian, saat ini pisahknya hanya mampu memproduksi 150 liter per hari harganya dibawah harga solar Pertamina. Apabila makin banyak PKL dan perusahaan armada bus yang dirangkul maka produk Biosolar B15 makin banyak diproduksi.
Dikatakan, PSE UGM tidak hanya memanfaatkan limbah jelantah sebagai bahan baku biosolar, dalam waktu dekat pihaknya juga akan memanfaatkan limbah kayu bakar sebagai bahan baku. “Biodiesel ini sumber energi tebarukan, kita juga akan memanfaatkan dari limbah kayu bakar. Apa yang kita lakukan ini sebagai langkah awal dari upaya mewujudkan kemandirian energi nasional,” terangnya.
Di kesempatan terpisah, Peneliti Sumber Energi Alternatif dari Process System Engineering research group (PSErg) Prof. Ir. Arief Budiman, M.S., D.Eng mengatakan pengolahan biosolar ini sangatlah sederhana dan bahkan nantinya bisa dibuat sendiri oleh para pedagang kaki lima untuk menambah penghasilan mereka dengan menjual Biosolar kepada pemilik kendaraan.
Untuk mengolah jelantah menjadi biodiesel, kata Arief dengan cara mencampur jelantah campur metanol disertai katalis. Campuran kemudian dipanaskan dengan suhu diatas 70 derajat celsius. Setelah lebih dari satu jam, hasil campuran itu akan menghasilkan dua lapisan yakni biodiesel dan gliserol.“Satu liter jelantah bisa menghasilkan 90 persen biodiesel dan sisanya gliserol,” urainya.
Sebelum diuji pada kendaraan, Biosolar B15 ini, kata Endarlianto, PSE juga sudah lakukan uji laboratorium, uji mesin dan telah diuji sesuai dengan standar Nasional Indonesia (SNI). Pengembangan Biosolar B15 ini, pihaknya bekerjasama dengan USAID, Warug spesial Sambal dan Asosiasi Pedagang Kaki Lima. Beberapa pemilik armada bus juga digandeng kerjasama diantranya Trans Jogja dan Bimo Transport.
UGM Luncurkan "Buku Putih Energi Nasional"
7 Juli 2014 - 14:40
Yogyakarta - Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) meluncurkan "Buku Putih Energi Nasional". Buku yang ditulis oleh Prof. Arief Budiman, Prof. Indra Bastian, Dr. Deendarlaianto, Dr. Andang WH, Dr. Bertha Maya S, Eko Agus Suyono, MAppSc, Rachmawan B, MT dan Widya Rosita, MT ini berisi delapan rekomendasi untuk mempercepat langkah Indonesia menuju bangsa yang mandiri energi.
"Rekomendasi itu diharapkan dapat membantu pengelolaan energi dalam upaya mewujudkan Indonesia mandiri energi," kata Kepala Pusat Studi Energi (PSE) Universitas Gadjah Mada (UGM) Deendarlianto di Yogyakarta, Kamis (3/7).
Menurut dia, delapan rekomendasi tersebut adalah peningkatan layanan database energi dengan mengupayakan insentif untuk setiap kegiatan eksplorasi migas, peningkatan alokasi energi untuk industri.
Selanjutnya percepatan pembangunan infrastruktur energi fosil untuk mengurangi ketergantungan impor minyak dengan menambah kapasitas total kilang minyak di Indonesia disertai dengan peningkatan seluruh komponen terkait dari hulu hingga hilir.
Selain itu juga mengurangi ketergantungan energi fosil terutama minyak bumi dengan akselerasi peningkatan pemanfaatan bahan bakar nabati dan gas di semua sektor dan pengembangan moda transportasi bertenaga listrik.
Rekomendasi berikutnya adalah meningkatkan efisiensi dan kualitas pemakaian energi fosil melalui pemakaian teknologi baru, penggantian seluruh atau sebagian teknologi yang sedang operasional, perubahan pendekatan desain, dan perubahan pada sisi manajerial.
Kemudian eksplorasi dan eksploitasi cadangan baru energi fosil dan energi konvensional di berbagai lokasi termasuk "deepwater", percepatan peningkatan pemanfaatan energi terbarukan, dan pemanfaatan energi nuklir untuk pemenuhan kebutuhan energi nasional secara masif dan berkelanjutan.
"Saatnya perubahan pengelolaan dalam sistem energi Indonesia. Kalau gagal kelola akan mengantarkan pada krisis energi, sebaliknya keberhasilan tata kelola energi akan mengantarkan Indonesia menuju kesinambungan energi," katanya.
Rektor UGM Pratikno mengatakan sebagai lembaga yang memproduksi ilmu pengetahuan, UGM berkomitmen untuk menyampaikan hasil pemikiran dan penelitian kepada seluruh sivitas akademika, masyarakat, dan industri. Selain itu juga kepada pemerintah untuk kepentingan penyusunan kebijakan publik.
Menurut dia, hasil kajian dan pemikiran dari para pakar UGM tersebut diharapkan dapat digunakan dalam perumusan kebijakan pemerintahan yang baru. Dengan demikian, Indonesia yang mandiri energi dapat segera terwujud.
"Berbagai informasi data dan kajian dari pemikiran pakar UGM itu diharapkan dapat dipakai dalam merumuskan kebijakan dalam pengelolaan energi Indonesia," katanya.
UGM Kembangkan Teknologi Konversi Limbah Biomassa Menjadi BBM
3 January 2014 - 15:06
YOGYAKARTA – Di pinggiran bantaran sungai kali code, sebuah bangunan kecil berdinding batako kokoh berdiri. Sekilas bangunan berukuran 7x6 meter tanpa cat itu, mirip seperti gudang. Bentuknya pun menyerupai cerobong asap. Dari bangunan inilah Prof. Ir. Arief Budiman, M.S., D.Eng menekuni penelitiannya, mengkonversi biomassa menjadi bahan bakar minyak dengan Integrated Authothermal Technology. “Kami sengaja dirikan bangunan di pinggiran sungai, bila ada proses pembakaran biomassa, tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar,” kata Arief Budiman saat ditemui di bangunan yang ia sebut laboratorium mini di komplek Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Jumat (3/1).
Selama dua tahun terakhir, di bangunan tanpa plafon ini pula, Arief aktif menguji ampas tandan kosong kelapa wasit dan ampas tebu untuk dijadikan bahan bakar minyak sebagai bahan bakar alternatif pengganti energi fosil. “Kini dari ampas keduanya sudah bisa dihasilkan gasoline dan kerosene, sumber bahan bakar cair untuk premium, minyak tanah dan avtur,” kata pria kelahiran Pati, 53 tahun lalu.
Sebelumnya Arief mencoba menggunakan bahan biomassa dari sumber yang lain. Namun akhirnya dia memilih tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan baku. Alasannya, sambung Arief, Indonesia merupakan produsen kelapa sawit nomor dua di dunia. Namun, pada proses pengambilan minyak CPO dari kelapa swait dihasilkan limbah padat, sekitar 30-40 % berupa tandan kosong, cangkang, pelepah dan batang sawit.
Untuk produksi sawit di Riau saja, imbuhnya, berkisar 6 juta ton per tahun dimana limbahnya berkisar 1,8-2,4 juta ton. Menurutnya, limbah ini bisa dimanfaatkan untuk engine fuel karena limbah biomassa ini mengadung senyawa sellulosa, hemiselulosa dan lignin.
Lewat Integrated Authothermal Technology, Arief bersama rekan peneliti lainnya mengembangkan teknologi autothermal yang merupakan kombinasi pirolisis cepat dan lambat serta tidak perlu menggunakan sumber panas dari luar. Adapun alat yang digunakan berupa reaktor pirolisis, yaitu cyclone untuk memisahkan hasil gas dan padat dan condenser untuk mengembunkan gas hasil.
Dari proses pirolisis limbah padat ini nantinya dihasilkan gas yang berupa bio-oil. Kemudian bio-oil diubah lagi jadi gasoline dan kerosene melalui proses cracking dengan menggunakan katalis berbasis limbah biomassa atau oksidasi parsial.
Dari alat yang dibuat Arief ini, sebanyak 2 kilogram ampas tandan kosong kelapa sawit mampu menghasilkan 80 mililiter bio-oil. Proses ini dilakukan lewat pirolisis selama 2 jam. Selanjutnya, proses perengkahan atau pemisahan bio-oil menjadi gasoline dan kerosene hanya dibutuhkan waktu singkat 30 menit.
Menurut Arief, untuk kapasitas yang lebih besar tentu membutuhkan alat yang lebih besar pula. Saat ini kata Arief pihaknya tengah mencoba menawarkan ke pemerintah atau industri untuk bekerjasama mengembangkan teknologi pengembangan biomassa sebagai sumber bahan bakar baru dan terbarukan. “Dari sisi SDM, Indonesia tidak kalah saing dengan negara lain. Sekarang tergantung niat dan komitmen dari pemerintah,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson).
Sumber: http://ugm.ac.id/id/berita/8569-ugm.kembangkan.teknologi.konversi.limbah.biomassa.menjadi.bbm
Dialog Universitas – Industri : Perlunya Pengembangan Potensi…
15 November 2013 - 15:12
Berkurangnya cadangan sumber energi fosil yang merupakan sumber energi utama merupakan masalah energi global. Konsumsi energi dunia pada tahun 2008 saja sudah mencapai 11.295 juta ton, dimana 88% dari jumlah tersebut berasal dari bahan bakar fosil (terutama minyak bumi, batu bara dan gas). Konsumsi bahan bakar fosil terus menunjukkan peningkatan pada tahun-tahun setelahnya. Pada tahun 2010, cadangan minyak dunia diperkirakan tinggal 25% dari total minyak bumi yang tersedia, bahkan cadangan minyak bumi di Indonesia diperkirakan tinggal sekitar 10,73 x109 barel dengan produksi 0,47×109 barel per tahun. Untuk mengantisipasi krisis energi tersebut perlu dilakukan penelitian eksplorasi sumber-sumber energi yang terbarukan dari sumber daya alam, seperti tumbuhan, hewan, angin, air, dan sinar matahari. Berangkat dari permaslahan tersebut dalam rangka Dies UGM ke-64 dan sebagai rangkaian acara Research Week 2013, Bidang Penelitian Industri dan HKI, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) mengelar acara Dialog Aspek-Aspek Proses Bisnis dan Inovasi dalam Industri dengan tema ”Strategi Pengembangan Potensi Energi Alternatif”di Ruang Sidang A, Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Kamis (14/11) 2013. Acara dibuka oleh Wakil Bidang Penelitian LPPM UGM, Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo, M.Sc. ”Kami berharap dengan diadakan acara dialog yang melibatkan para akademisi, pemerintah dan industri ada pemahaman mengenai potensi energi alternatif dan usulan strategi pengembangan energi alternatif di Indonesia”. Sebagai prolog Kepala Pusat Studi Energi UGM, Dr. Deendarlianto menyampaikan pengantar mengenai potensi energi alternatif yang bisa dikembangkan di Indonesia.
Hadir sebagai narasumber dari UGM, Prof. Dr. Arief Budiman (Pengembangan Energi Alternatif berbasis Biomassa), Dr. Wahyudi, M.Si ( Pengembangan Eksplorasi Minyak Bumi ke Depan), Dr. Suyitno (Pengembangan Material Energi) serta dari kalangan Industri Robbie A Badrudin Company Controller PT. Kabepe Chakra (Pengembangan Energi Alternatif di Industri).
Acara ini dihadiri oleh Pemerintah Daerah se-Jawa khususnya Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral, kalangan akademisi dosen dan peneliti UGM serta mahasiswa pascasarjana program studi energi. Acara ini terselenggara atas kerjasama Pusat Studi Energi UGM dan Bidang Penelitian Industri dan HKI LPPM UGM.